
Presiden Prabowo Subianto. (Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
JAKARTA, KALTENGNEWS.COM – Pengamat intelijen Amir Hamzah mengungkapkan, ada upaya untuk melemahkan Presiden Prabowo Subianto melalui orang-orang terdekatnya. Ia menyebut, jika tokoh-tokoh strategis dilemahkan, maka posisi negara dalam tatanan global juga bisa ikut terpengaruh.
“Kita tidak bisa menutup mata, ada kekuatan besar yang tidak ingin Prabowo memegang kendali penuh di pemerintahan karena dianggap akan memperkuat posisi Indonesia dalam poros strategis dunia,” kata Amir Hamzah dalam keterangannya, Kamis (10/4).
Menurut Amir, serangan yang terjadi belakangan ini bukan hanya berasal dari dalam negeri, tetapi bisa ditarik ke konteks regional yang lebih luas. Ia menyebut, Indonesia yang semakin menunjukkan kemandiriannya di tengah perebutan pengaruh kekuatan global dianggap sebagai ancaman potensial, bagi pihak luar yang selama ini berkepentingan di kawasan Asia.
Salah satu strategi yang digunakan, lanjut Amir, dengan mengincar dan menggoyang lingkaran dalam Prabowo. Menurutnya, pola serangan tidak diarahkan langsung ke Prabowo, melainkan melalui orang-orang terdekatnya.
“Prabowo itu tidak bisa diserang secara langsung karena kekuatan elektoral dan posisi politiknya sekarang sangat kokoh. Tapi kalau orang-orang terdekatnya dilumpuhkan, maka perlahan ia akan melemah secara internal,” ucapnya.
Amir mengungkapkan, sejumlah tokoh penting seperti Sufmi Dasco Ahmad, Hashim Djojohadikusumo, dan Sjafrie Sjamsoeddin menjadi target awal dari manuver ini. Ia pun menyoroti bagaimana Dasco belakangan ini dihubungkan dengan isu judi online di Kamboja.
“Kalau tokoh sekelas Dasco bisa dijatuhkan dengan framing semacam ini, maka ini preseden buruk bagi demokrasi kita,” ujar Amir.
Tak dipungkiri, Hashim dan Sjafrie juga ikut diserang dari arah yang berbeda. Hashim lewat isu bisnis dan politik luar negeri, sementara Sjafrie dikaitkan dengan kasus HAM dan latar belakang militernya.
Lebih lanjut, Amir menekankan pola itu dinilai terstruktur dan disesuaikan dengan karakter masing-masing tokoh. Ia pun mengingatkan publik agar tetap kritis terhadap informasi yang beredar.
“Mendorong aparat hukum untuk aktif meluruskan narasi yang menyesatkan demi menjaga stabilitas politik,” pungkasnya.